Sejak kecil saya suka nonton wayang, karena menurut embah buyut "kalau ingin belajar kehidupan pelajarilah kisah wayang" cerita wayang mengandung banyak pelajaran dan pesan baik secara langsung maupun acara Saloka. [1]
Dalam kitab epos mahabarata [2] dikisahkan bahwa kurowo [3] beda dengan pandowo [4], kasta brahmono beda dengan kasta sudro, perbedaan yang melahirkan kontradiksi (pertentangan) yang tidak pernah bisa berdampingan. Kalau toh kedua kasta ini sekalipun bertemu maka sifatnya hanya kompromis untuk sementara waktu yang artinya lama-lama pertemuannya tak terelakan memuncak di medan perang, dalam epos mahabarata dikisahkan dengan peristiwa perang baratayuda (perang suci), adalah perangnya kaum kasta sudro (kelas bawah) yang dipimpin oleh pandowo dan akhirnya menggulingkan kaum brahmana (kasta elit) yang dipimpin oleh kurowo.
Apakah kisah wayang memang benar-benar mencerminkan kenyataan? mari sedikit kita review dengan berbagai peristiwa sajarah diantaranya sejarah yang terjadi sejak zaman nabi serta sedikit cuplikan sejarah perkembangan masyarakat.
Kontradiksi kelas juga terjadi di masa nabi Muhamad SAW, nabi yg membawa agama pembebasan [5] pada waktu itu berkontradiksi dengan tuan-tuan pemilik budak (Abu Jahal, Abu Lahab) karna memang zaman nabi memang di zaman fase perbudakan [6], kontradiksi tuan budak dan budak lama-lama semakin meruncing, pecah menjadi perang demi perang. Pada awalnya ketika kekuatan tuan budak masih terkonsolidasi kuat, nabi memutuskan mundur untuk hijrah ke madinah guna membangun basis kekuatan setahap demi setahap dan melancarkan perlawanan dengan perjuangan bersenjata, perlawanan ini berkobar dalam waktu yg berlarut-larut atau waktu yang lama (dari periode hijrah sampe fatkhul mekah). [7]
Setelah basis massa sudah terkonsolidasi dan kekuatan sayap militer juga siap menggempur pertahanan musuh yg terakhir. Maka, tibalah waktunya untuk pengepungan pertahanan musuh yang terakhir melalui penaklukan kota mekah, Penaklukan kota mekah adalah penggulingan sistem perbudakan disusul dengan pembentukan pemerintahan madani [8].
Nabi tak pernah membuat negara islam, yang dibentuk adalah sistem pemerintahan madani. Pada era sahabat Umar, sistem pemerintahan madani dikembangkan baik administrasinya maupun luasan kekuasaan teritorial melalui ekspansi dan penaklukan. metode umar melakukan ekspansi dan penaklukan menjadi wajar sebab umar berlatar belakang panglima perang. Masa khalifah [9] Umar inilah yang sebenarnya menjadi masa keemasan sistem masyarakat madani. Pada masa Umar, sistem toleransi begitu dijunjung, tempat ibadah multi agama berdiri berdampingan dimana-mana.
Sistem madani atas kepemimpinan (Kekhalifan) nabi dan para sahabat itulah yang salah kaprah diartikan oleh generasi sesudahnya, salah kaprah diartikan sebagai kekhalifan islam ataupun negara Islam.
Perpecahan pertama meledak terjadi di zaman sahabat Ali, sejak zaman Ali Konflik pertama dalam sejarah umat islam dimulai. Sahabat Ali mengangkat senjata melawan Aisyah (istri nabi) perang saudara pertama pecah. Pasca pertumpagan darah tersebut perang saudara terus menerus terjadi, antagonisme dan kontradiksi kelas semakin meruncing seiring dengan lahirnya negara diberbagai belahan bumi.
Konsepsi negara islam kemudian diadopsi oleh Otoman Turki Usmani [10] dan Usmani melakukan penaklukan teritorial di lebih dari separuh teritorial bumi. Runtuhnya Otoman Usmani beriringan dengan lahirnya banyak negara sekaligus pertanda bahwa fase zaman feodalisme sedang diujung tanduk. Lahir pula banyak kaum Intelektual, kaum intelektual inilah yg mengambil peran penting dalam fase roda sejarah selanjutnya yaitu Revolusi Industri. [11]
Mesin-mesin lahir, pabrik-pabrik modern lahir, corak produksi lama berganti dengan corak produksi yang baru. Sistem kerja abad pertengahan sudah kuno jika dipandang dari sudut pandang sejarah, Setelah revolusi industri dan lahirnya banyak pabrik modern yang mau tak mau haruslah menggunakan alat berat dan biaya yg besar. Maka, pabrik membutuhkan modal (kapital) dan kapital selanjutnya hanya bisa dimodali oleh kaum-kaum bangsawan yang kaya atau kaum pemodal (kapital). Lahirnya pabrik, lahir pula kelas baru dalam masyarakat dari rahim Industri itu sendiri yaitu kelas kapitalis (pemodal) dan kelas buruh modern (proletar), lahir kontradiksi baru = kaum kapital dan kaum proletar, kaum pemodal dan kaum tak bermodal, kaum penindas dan kaum tertindas, kaum yang punya alat produksi dengan kaum yang tak perpunya alat produksi, kaum penghisap tenaga kerja dengan kaum penjual tenaga kerja. Kontradiksi kelas menemukan bentuk kontradiksinya yang paling baru, sejarah perjuangan kelas buruhpun dimulai.
Setiap perjuangan kelas pada tiap zaman memiliki karakteristiknya sendiri, kelas-kelas yang saling berkontradiksi pasti selalu berbenturan. Dulu sekali pada masa masyarakat belum mengenal kepemilikan pribadi [12] dan belum mengenal konsep negara, masyarakat hidup berdampingan. Sebab, memang tak ada kontradiksi, sistem kerja dikerjakan kolektif dan hasil kerja dipersembahkan untuk kolektif pula. Tapi, seiring dengan lahirnya konsep kepemilikan pribadi atas alat-alat produksi maka manusia menjadi saling berkontradiksi, kemudian memonopoli, lalu mengenal konsep kerajaan, lalu mengenal konsep negara, lalu mengenal konsep monopoli internasional aka kapitalis monopoli aka Imperialisme [13]
Siapakah kaum revolusioner?
Kaum revolusioner punya tempatnya sendiri dan bersemayam ditiap-tiap sejarah, pada zaman komunal primitiv, tak ada yg menindas dan tak ada yang ditindas sebab memang tak ada kelas dalam masyarakat. Di zaman perbudakan, budak adalah yang paling revolusioner. Di zaman feodalisme, intelektual adalah yang revolusioner. Di zaman kapitalisme kaum buruhlah yg revolusioner.
Secara universal bisa dikatakan kontradiksi tinggal dua kubu, kubu kapital dan kubu proletar. Tapi, scara khusus agaknya tidak berlaku di kebanyakan negara dunia ketiga [14]. Pada negri dunia ketiga masih terdapat corak produksi abad pertengahan, monopoli tanah (feodalisme) masih eksis, corak produksi pertanian masih tradisional yaitu menggunakan cangkul dan sabit, masih banyak pabrik manufaktur. Artinya di negri dunia ketiga, kelas sosial tidak hanya kelas kapital dan proletar.
Komposisi kelas lainnya semisal = kelas kapital, buruh, nelayan, suku adat (suku bangsa minoritas), kaum tani baik itu buruh tani, tani miskin, tani sedang ataupun tani kaya, lumpen (preman/semi proletar), borjuis kecil (pengrajin, dokter, mahasiswa, pelajar, pedagang dll), borjuis tengah, borjuis nasional, borjuis komprador.
Mempelajari struktur kelas dan komposisi kelas dalam masyarakat membantu kita membedakan mana golongan kawan mana golongan lawan. Sebab, karna masih eksisnya feodalisme mau tak mau konsekuensinya tuan tanah juga masih eksis. Eksisnya pabrik Imperialisme yg menguasai banyak aset di dalam negri maka kelas komprador pun pasti eksis. Kedudukan negri dunia ketiga yang terbelakang pun konsekusnsinya pejabat-pejabat korup pengkhianat rakyat kapitalis birokrat juga masih eksis. Kaum tuan tanah, komprador dan kapitalis birokrat adalah kaum penindas. sedangkan diluar ketiga kaum ini adalah bukan kaum penindas [15].
Jadi secara universal dapat dimaknai kaum revolusioner adalah kaum proletar, tapi negri dunia ketiga scara khusus memiliki komposisi masyarakat tersendiri. Hanya yang mampu memahami komposisi masyarakatlah yang akan tepat dalam menentukan garis perjuangan. Kaum-kaum revolusioner mampu memetakan mana kawan mana lawan dengan menganalisa struktur kelas di negrinya sehingga tau mana kawan sesungguhnya dan tau mana lawan sesungguhnya. Pemetaan mana kawan mana lawan inilah yang disebut garis damarkasi pemisah antara yang menindas dengan yang ditindas dan pemetaan komposisi struktur masyarakat akan menentukan garis perjuangan selanjutnya.
Bagaimana dengan Indonesia?
Adalah tugas kita semua untuk mempelajari agar tidak keliru dalam hal garis strategi dan taktik, mempelajari garis strategi dan taktik adalah bagian mempelajari garis perjuangan yang bersumber dari mempelajari scara rinci komposisi kelas masyarakat yang ada. Kekeliruan dalam mempelajari struktur sosial akan berdampak kepada kekeliruan menentukan garis perjuangan. Sebaliknya tepatnya mempelajari struktur sosial masyatakat berdampak tepat pula garis perjuangan. Kekeliruan garis perjuangan adalah pintu gerbang menuju kekalahan, kebenaran mempelajari struktur sosial ialah pintu gerbang menuju kemenangan.
******
Wonosobo 10 maret 2017
Catatan :
[1] Saloka (bahasa jawa) bermakna perumpamaan atau simbolisasi
[2] Mahabarata, karya sastra dari India
[3] Kurowo, kasta elit dipimpin oleh duryudana
[4] Pandowo, kasta sudra dipimpin oleh arjuna, bima, nakula, sadewa
[5] Agama pembebasan dalam arti pada zamannya Muhamad SAW mendakwahkan islam yang tanpa memandang latar belakang dan status sosial, pada waktu itu banyak kaum budak yg tertarik masuk islam.
[6] Zaman perbudakan maksudnya zaman feodalisme ketika tuan budak dan budak masih eksis.
[7] Fatkhul Mekah, penakukan kota mekah'pada dasarnya adalah penyerbuan benteng pertahanan tuan budak sekaligus pembebasan budak dan mendirikan pemerintahan madani
[8] Masyarakat Madani, masyarat ideal menurut ajaran Muhamad SAW. yaitu tidak diperkenankan untuk menindas sesama manusia dan hidup antar umat harus saling toleransi.
[9] Khalifah, memiliki makna asli kepemimpinan
[10] Otoman Turki Usmani, Kerajaan Otokrasi Islam abad pertengahan menguasai separuh bumi yaitu meliputi dataran Asia afrika dan eropa
[11] Revolusi Industri penggulingan feodalisme dan dimulainya era industrialisasi
[12] Masyarakat komunal primitivif
[13] Imperialisme, tahapan tertinggi dari perkembangan kapitalisme
[14] Negara dunia ketiga, negara berkembang, negara setengah jajahan
[15] Komprador, tuan tanah dan kabir diklasifikasikan sebagai kaum penindas